Rabu, 09 Maret 2011

makalah campak

PENCEGAHAN PENYAKIT CAMPAK PADA ANAK-ANAK



Dosen Pembimbing

Dr. Hj. Endah Harumi, M.Pd





Disusun oleh:

DAVID ZULHAQI
NIM: P 27820409 051





POLTEKKES DEPKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN SIDOARJO
2009-2010


PENCEGAHAN PENYAKIT CAMPAK PADA ANAK-ANAK

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas makalah Bahasa Indonesia
Oleh Dr.Hj.Endah Harumi,m.Pd.





Disusun oleh:

DAVID ZULHAQI
NIM: P 27820409 051


POLTEKKES DEPKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN SIDOARJO
2009-2010






HALAMAN PERSETUJUAN


Karya ilmiah oleh: David zulhaqi

Judul: Pencegahan Penyakit Campak Pada Anak-anak











Telah Memenuhi Syarat Oleh:


DOSEN PEMBIMBING


Dr.Hj.Endah Harumi,M.Pd










MOTTO DAN PERSEMBAHAN

”RINTANGAN YANG MENGHADANG BUKANLAH SUATU BEBAN MELAINKAN SUATU TANTANGAN YANG HARUS KITA HADAPI GUNA TERJADINYA SUATU TUJUAN”










KUPERSEMBAHKAN
Untuk ibu-q, ayah-q, mbak vivid, adik-q yang q-sayangi dan seluruh keluarga besar-q dan orang-orang yang selalu mencintaiku
















ABSTRAK

Kata kunci: pencegahan penyakit campak, epidemiologi, penyebab, gambaran klinik, diagnosis, prognosis, dan pengobatan campak.
Dalam makalah inidijelaskan tentang ”pencegahan penyakit campak pada anak-anak”, sehingga bisa dijadikan sebagai pedoman yang penting dalam menyusun asuhan keperawatan. Disini kita dapat mendiagnosis gejala-gejala klinik dari penyakit campak, diantaranya yaitu demam, malaise, myalgia dan sakit kepala, serta mengkaji seluruh penyakit campak tersebut. ”pencegahan penyakit campak pada anak-anak” meliputi pemberian gamma globulin melalui suntikan intra muskuler dengan dosis yang sesuai dengan umur penderita. Pengobatan itu harus diberikan pengobatan sistomatik dan tindakan pencegahan terhadap komplikasi dan infeksi sekunder.

























KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , yang telah memberikan petunjuk serta hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah dengan judul ”Pencegahan penyakit campak pada anak-anak” dengan baik tanpa ada halangan.
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Bahasa Indonesia.
Laporan ini berisi tentang Pencegahan penyakit campak yang banyak menyerang anak-anak. Pencegahan yang efektif ialah dengan cara pemberian gamma globulin atau serum konvalesens dan vaksinasi.
Dengan terselesainya karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan beberapa pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Yth. Ibu Yessy Dessy Arna, S. Kp., M. Kep., Sp. Kom, selaku ketua program studi keperawatan Sidoarjo yang memberi izin tersusunnya karya ilmiah ini.
2. Yth. Ibu. Haji. Endah Harumi, M. Pd, selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan kritik dan saran yang bermanfaat dalam penyusunan karya ilmiah ini.
3. Teman-teman seangkatan ’09 yang memberi dukungan.
Dalam penulisan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis ,engharapkan saran para pembaca untuk penyempurnaan karya ilmiah dimasa mendatang. Dan saya berharap penulisan karya ilmiah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya terutama mahasiswa yang membuat karya ilmiah.

Sidoarjo, 17 Januari 2010


Penulis








DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………...... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………………….. iii
ABSTRAK …………………………………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………........................ v
DAFTAR ISI ……………………………………………………........................ vi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Ruang lingkup Masalah ................................................................................... 2
1.3 Pembatasan Masalah ........................................................................................ 2
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.5 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2
1.6 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Campak ............................................................................................... 4
2.2 Penyebab Campak …………………………………………............................ 5
2.3 Epidemiologi ………………………………………………………………….. 6

BAB III PEMBAHASAN
3.1 Upaya-upaya Pencegahan Penyakit Campak .................................................... 8
3.2 Gambaran Klinik Penyakit Campak ................................................................ 9
3.3 Pengobatan Penyakit Campak ......................................................................... 1

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 12
4.2 Saran ............................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit campak (measles, morbilli, rubeola) adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala berupa eksantem akut, demam, radang kataral selaput lendir, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.
Virus penyebab campak yaitu virus rubeola, mempunyai ukuran diameter 140 milimikron. Virus ini tidak tahan panas (thermolabil), usia paruhmya sekitar 2 jam pada suhu 37 derajat celcius, dan menjadi tidak aktif pada pH dibawah 4,5. kelainan kulit berupa eksantema hanya dapat terjadi pada manusia dan kera. Virus dapat dibiakkan pada berbagai biakan jaringan baik jaringan primata, nonprimata maupun embrio ayam. In vitro, virus ini dapat mengaglutinasi eritrosit kera rhesus dan baboon sehingga dapat dihitung titernya.
Pada campak yang menimbulkan kematian, kelainan patologik yang terjadi disebabkan baik oleh virusnya maupun oleh infeksi sekunder oleh bakteri, misalnya oleh pneumonia yang umumnya interstitial, tetapi juga dapat membentuk eksudat yang purulen didalam alveoli. Virus campak sendiri menimbulkan kelainan-kelainan pada jaringan-jaringan tonsil, faring, dan apendiks, berupa infiltrasi sel subepitel dan sel raksasa berinti banyak (multi nucleated giant cell). Bintik koplik yang khas didapatkan pada bagian dalam dari pipi penderita dan mukosa lainnya didalam romgga mulut, sebenarnya adalah akibat terjadinya infiltrasi sel-sel radang, sel mononuklear pada kelenjar submukosa mulut dan nekrosis pada lesi vestkuler mukosa. Ruang kulit yang terjadi pada campak merupakan hasil proliferasi sel endotel kapiler didalam korium bersama-sama dengan terjadinya eksudasi serum dan kadang-kadang eritrosit kedalam epidermis. Hemokonsentrasi dan albuminuria dapat juga terjadi.

1.2 Ruang Lingkup Masalah
Karya tulis ini meliputi penyakit campak pada orang dewasa, campak yang terjadi pada wnita hamil sehingga terjadi abortus dan yang sering diderita campak pada anak-anak khususnya.

1.3 Pembatasan Masalah
Karya tulis ini hanya menjelaskan pokok-pokok masalah pancegahan penyakit campak pada anak-anak, mulai dari upaya-upaya pencegahan penyakit campak pada anak-anak,cara mengobati penyakit campak, sampai diagnosis dan prognosis pada penyakit campak.

1.4 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit campak?
2. Bagaimana tanda-tanda klinis penderita penyakit campak?
3. Bagaimana proses terjadinya seorang anak yang menderita penyakit campak?

1.5 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui seseorang yang menderita penyakit campak yang disebabkan Oleh virus rubeola.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengobati penyakit campak yaitu dengan cara pengobatan sistomatik dan tindakan pencegahan terhadap komplikasi dan infeksi sekunder dengan menggunakan anti mikroba.
3. untuk mengetahui cara pencegahan penyakit campak dengan cara pemberian gamma globin dan vaksinasi.

1.6 Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis : - Supaya kita dapat mengetahui penyakit campak yang diderita oleh anak-anak.
b. Bagi Pembaca : - Supaya kita dapat mengetahui betapa pentingnya penyakit campak
- Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit
c. Bagi Masyarakat : - Supaya masyarakat lebih mewaspadai penyakit campak yang cukup berbahaya.
- Membangun kesadaran masyarakat untuk menerapkan kaidah kesehatan tanpa penyakit.
d. Bagi Instansi Terkait : - Supaya pemerintah lebih memperhatikan penyakit campak pada anak-anak karena penyakit campak dapat menimbulkan kelainan-kelainan pada jaringan-jaringan tonsil, faring, dan apendiks.

- Supaya pemerintah dapat menangani masalah penyakit campak pada anak-anak.
































BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Campak
Campak, rubeola, morbili, atau measles adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala berupa eksantem akut, demam, radang kataral selaput lendir, kemudian diikuti erupsimakulo papula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit, atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramikso virus (virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease). Rubeola, yang juga disebut campak 10 hari atau campak merah, adalah suatu infeksi saluran napas atas yang terhirup. Masa inkubasi asimto matriknya adalah 7-12 hari sebelum penyakit muncul. Penyakit ini sangat menular, penyakit aktif ditandai oleh gejala-gejala awal (prodromal) yang diikuti oleh ruam.
Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga terjadi anergi (uji tuberkulin yang semula positif menjadi negatif). Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti otitis media akut, ensefalitis, brokopneumonia. Brokopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh pneumococcus, steptococcus, staphylococcus. Brokopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih mudah, anak dengan malnutrisi enegi protein, penderita penyakit menahun (misal tuberkulosis), leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan. Komplikasi neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia, gangguan mental, neuritis optika, dan ensefilitis. Ensefilitis morbili dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita morbili atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus morbili hidup (ensefilitis morbili akut); pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif (immunosuppresive measles encephalopathy) dan sebagai subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).
Ensefalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah dan sisa defisit neurologis sedikit. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1.000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis. SSPE adalah suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Penyakit progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang dewasa. Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang dan koma. Perjalanan klinis lambat dan sebagian besar penderita meninggal dunia dalam 6 bulan-3 tahun setelah terjadi gejala pertama. Meskipun demikian remisi spontan masih bisa terjadi. Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang peranan dalam patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum umur 2 tahun sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun setelah morbili. SSPE yang terjadi setelah vaksinasi morbili didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemngkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10 juta; sedangkan setelah infeksi morbili sebesar 5,2-9,7 tiap 10 juta.

2.2 Penyebab Campak
Virus penyebab campak yaitu virus rubeola, mempunyai ukuran diameter 140 milimikron. Virus ini tidak tahan panas (thermolabil), usia paruhnya sekitar 2 jam pada suhu 37 derajat celcius, dan menjadi tidak aktif pada pH dibawah 4,5. kelainan kulit berupa eksantema hanya dapat terjadi pada manusia dan kera. Virus dapat dibiakkan pada berbagai biakan jaringan baik, jaringan primata, nonprimata, maupun embrio ayam. In vitro, virus ini dapat mengaglutinasi eritrosit kera rhesus dan baboon sehingga dapat dihitung titernya. Imunitas yang terdapat sesudah menderita infeksi dengan virus campak akan berlangsung dalam waktu yang yang lama, dan titer yang tinggi dari anti bodi juga didapatkan pada orang dewasa.imunitas sementara akan diperoleh dengan memberikan serum konvalesen atau gamma globulin. Rendahnya angka kesakitan pada bayi dibawah umur 6 bulan disebabkan oleh karena bayi mendapatkan anti bodi dari ibunya melali plasenta.
Pada campak juga menimbulkan kematian, kelainan patologik yang terjadi disebabkan baik oleh virusnya maupun oleh infeksi sekunder oleh bakteri, misalnya oleh pneumonia yang umumnya interstitial, tetapi juga dapat membentuk eksudat yang purulen didalam alveoli. Virus campak sendiri menimbulkan kelainan-kelainan pada jaringan-jaringan tonsil, faring, dan apendiks, berupa infiltrasi sel subepitel dan sel raksasa berinti banyak (multi nucleated giant cell). Bintik koplik yang khas didapatkan pada bagian dalam dari pipi penderita dan mukosa lainnya didalam romgga mulut, sebenarnya adalah akibat terjadinya infiltrasi sel-sel radang, sel mononuklear pada kelenjar submukosa mulut dan nekrosis pada lesi vestkuler mukosa. Ruang kulit yang terjadi pada campak merupakan hasil proliferasi sel endotel kapiler didalam korium bersama-sama dengan terjadinya eksudasi serum dan kadang-kadang eritrosit kedalam epidermis. Hemokonsentrasi dan albuminuria dapat juga terjadi.

2.3 Epidemiologi
Penyakit ini tersebar luas diseluruh dunia tidak dipengaruhi oleh iklim, ras dan kebangsaan maupun status ekonomi dan sosial. Dinegara-negara dengan 4 musim, epidemi campak biasanya terjadi pada akhir musim dingin setiap 3 tahun sekali pada kelompok populasi yang besar, dan tiap 5-6 tahun sekali pada kelompok populasi kecil. Setiap orang boleh dikatakan peka terhadap campak dan dosis yang sangat kecil dari virus campak dapat membuat seseorang menjadi sakit. Sebagian besar penderita campak adalah anak-anak, sedangkan orang dewasa pada umumnya sudah menderitanya dimasa kanak-kanaknya. Jika epidemi campak berlangsung dalam waktu lama sesudah epidemi campak yang terakhir, orang-orang dewasa dapat terserang penyakit ini. Campak yang terjadi pada wanita yang sedang hamil dapat mengganggu kehamilannya sehingga dapat terjadi abortus.bayi yang baru lahir dapat menderita penyakit campak ini bersamaan dengan ibunya yang sedang sakit. Campak ditularkan secara langsung atau melalui titik-titik cairan berasal dari mata, hidung dan tenggorokan dan menyebar melalui udara pada waktu batuk, bersin atau pada waktu berbicara. Penularan mulai terjadi sejak hari ke-7 sampai ke-11 sesudah tertular virus campak dan mencapai puncak penularannya beberapa saat sebelum terjadi ruam kulit (rash).
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan dapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehinnga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita morbili maka bayi yang akan dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili dan dapat menderita penyakit ini setelah dilahirkan. Bila seorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus; bila ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Upaya-upaya Pencegahan Penyakit Campak
1. Gamma Globulin
Pemberian gamma globulin atau serum konvalesens selama masa inkubasi dapat mencegah dan memperingan manifestasi klinik campak. Pemberiannya melalui suntikan intramuskuler dengan dosis yang sesuai dengan umur penderita. Dengan pemberian gamma globulin tidak terjadi imunitas yang efektif, melainkan hanya mengurangi gejala-gejala klinik yang timbul.
2. Vaksinasi
Vaksin yang dibuat dari virus hidup dan dilemahkan sehingga tidak virulen lagi ini diberikan melalui suntikan subkutan. Sebagian dari penerima vaksin akan mengalami infeksi ringan campak tanpa mengalami gangguan pada alat pernapasan dan sistem saraf pusat serta mengalami ruam kulit yang ringan dan tidak tetap. Juga dilakukan dengan pemberian ”live attenuated meales vaccine” mula-mula digunakan strain Edmonston B, tetapi karena ”strain” ini menyebabkan panas tinggi dan eksantem pada hari ke-7 sampai hari ke-10 setelah vaksinasi, maka strain Edmonston B diberikan bersama-sama dengan globulin gamma pada lengan yang lain. Sekarang digunakan starin Schwars dan Moraten dan tidak diberikan globulin gamma. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Pada penyelidikan serologis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan untuk memberikan vaksi morbili tersebut pada anak umur 15 bulan yaitu karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk anti bodi secara baik karena masih ada anti bodi dari ibu. Tetapi dianjurkan pula agar anak yang tinggal didaerah endemis morbili dan terdapat banyak tuberkulosis diberikan vaksinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi dilakukan pada umur 15 bulan. Diketahui dari penelitian linnemann dkk. (1982) pada anak yang di vaksinasi sebelum umur 10 bulan tidak di temukan anti bodi; begitu pula setelah revaksinasi kadang-kadang titer anti bodi tidak naik secara bermakna. Diindonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak umur 9 bulan keatas. Vaksin morbili tersebut diatas dapat pula diberikan pada orang yang alergi terhadap telur, karena vaksin morbili ini ditumbuhkan dalam biakkan jaringan-jaringan ayam yang secara antigen ialah berbeda dengan protein telur. Hanya bila terdapat suatu penyakit alergi sebaiknya vaksinasi ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin morbili juga dapat diberikan kepada penderita tuberkulosis aktif yang sedang mendapat tuberkulostatika. Vaksin morbili tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapatkan pengobatan imunosupresif.

3.2 Gambaran Klinik Penyakit Campak
Sesudah melewati masa inkubasi sekitar 11 hari lamanya, penyakit campak akan menunjukkan gejala-gejala klinik yang jelas berupa demam, malaise, myalgia, dan sakit kepala. Dalam beberapa jam keluhan pada mata akan timbul berupa fotofobia dan rasa panas didalam mata dan mata akan nampak merah, berair dan mengandung eksudat pada kantong konjungtiva. Dalam waktu singkat akan terjadi radang kataral pada saluran pernapasan dengan gejala-gejala bersin-bersin, batuk, dan pilek. Jika laring terserang dapat terjadi gangguan suara berupa serak atau afonia. Pada masa prodromal yang berlangsung 1-4 hari ini petekia pada palatum dan faring atau adnya bintik koplik pada mukosa dapat mengawali terbentuknya ruam kulit. Bintik koplik terdapat lateral dari gigi moral, dikelilingi lingkaran merah mukosa rongga mulut. Bintik ini merupakan tanda yang khas untuk menentukan diagnosis campak, meskipun kadang-kadang tidak dapat ditemukan.
Ruam kulit yang mengikuti gejala-gejala prodromal dapat berlangsung sampai 7 hari. Mula-mula ruam kulit terdapat dibelakang telinga atau muka, lalu menyebar kebawah menutup seluruh badan dan akhirnya mencapai ekstremitas. Telapak tangan dan telapak kaki biasanya tidak menunjukkan adanya ruam kulit tersebut. Demam pada campak mirip dengan demam pada tifoid, meningkat cepat sehingga mencapai diatas 39 derajat celcius dan berlsngsung selama 6 hari. Selama masa febris ini, batuk-batuk dan gejala dari bronkiolitis tampak nyata. Batuk merupakan bentuk gejala yang paling akhir menghilang. Penderita-penderita yang tidak mendapatkan perawatan dan makanan yang baik dan kurang beristirahat mungkin akan mengalami berbagai kompikasa misalnya infeksi telinga, pneumonia, bronkitis dan ensefalitis. Bila demam yang tinggi tetap berlangsung lebih dari 3 hari sesudah ruam kulit mulai terbentuk, atau jika demam menurun kemudian meningkat kembali, ini merupakan suatu tanda bahwa telah terjadi komplikasi.
Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium, yaitu:
1. Stadium kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofoia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
2. stadium erupsi
koriza dan bauk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadi eritma yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tekuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya.


3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering di temukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi.suhu meurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

3.3 Pengobatan Penyakit Campak
Tidak ada pengobatan yang spesifik untu campak. Pengobatan yang di berikan adalah pengobatan simtomatik dan tindakan pencegahan terhadap komplikasi dan infeksi sekunder dengan menggunakan antimikroba.

Pengobatan simtomatik
Tanpa komplikasi, istirahat di tempat tidur akan mempercepat penyembuhan penderita. Pemberian kodein dapat mengurangi sakit kepala dan nyeri otot, selain itu juga dapat mencegah batuk penderita. Berikan juga analgesik dan antipiretik. Berikan diet yang bergizi tinggi dan sebaiknya ruang tidur penderita tidak terlalu terang oleh karena adanya fotofobia.

Pengobatan Pencegahan Dengan Antimikroba
Perjalanan penyakit campak yang tanpa komplikasi tidak di pengaruhi oleh pemberian antimikroba. Jika terjadi infeksi sekunder dengan kuman pneumococcus atau beta hemolytic streptococcus, pemberian penicilin atau tetrasiklin dengan dosis penuh dapat mencegah kematian oleh infeksi sekunder tersebut. Terutama penderita campak yang juga sedang menderita infeksi kronik lain, anak-anak bayi maupun orang-orang berusia lanjut dan penderita campak yang mudah di tulari penyakit infeksi lainnya misalnya yang dirawat di ruang menular, perlu di berikan obat-obatan antimikroba.






















BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Campak (measles, morbili, rubeola) adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang di sebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala berupa eksantem akut, demam, radang kataral selaput lendir, kemudian diikuti erupsi makulo-papula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit. Penyebab campak diantaranya yaitu virus rubeola, yang mempunyai ukuran diameter 140 milimikron. Kelainan kulit berupa eksantema hanya dapat terjadi pada manusia. Gejala-gejala yang di derita ialah panas badannya lebih tinggi dari flu biasa, malaise, myalgia, dan sakit kepala. Pengobatan pencegahan dengan antimikroba. Biasanya perjalanan penyakit campak yang tanpa komplikasi tidak dipengaruhi oleh pemberian antimikroba. Jika terjadi infeksi sekunder dengan kuman pneumococcus atau beta hemolitic streptococcus, pemberian penisilin atau tetra siklin dengan dosis penuh dapat mencegah kematian oleh infeksi sekunder tersebut. Terutama penderita campak yang juga sedang menderita infeksi kronik lain.

4.2 Saran
Sebaiknya pemberian gamma globulin melalui suntikan intramuskuler dengan dosis yang sesuai dengan umur penderita. Penggunaan penicilin dan tetra siklin untuk pencegaha yang diberikan pada awal dari penyakit atau yang diberikan jika terjadi infeksi sekunder sangat menurunkan jumlah kematian. Pengobatan yang harus diberikan adalah pengobatan sistomatik dan tindakan pencegahan terhadap komplikasi dan infeksi sekunder sehingga penyakit campak pada anak – anak dapat terobati dan dapat dicegah.







DAFTAR PUSTAKA

Soedarto, Dr. Penyakit- penyakit infeksi di indonesia. Jakarta: Widya medika, 1990.
J. Corwin Elizabeth, 1997, Buku Saku Patofisioloogi, EGC, Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Dua, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

1 komentar:

  1. Mkasih bos sngan brmnfaat......
    btw klo blh tau lgu backgroundnya apa jdulnya. keren........

    BalasHapus